Di dunia ini, ada banyak sekali ragam warna manusia.
Semua hidup dan menghidupi semesta dengan cara pola yang mereka yakini
mendatangkan -kesenangan dan kemanfaatan- bagi dirinya ataupun sosialnya.
Ada banyak manusia yang
menghabiskan waktunya menyibukan diri dengan pekerjaan, ada juga manusia yang
menghabiskan waktu dengan kesenangan dan hobi, dan banyak kiranya manusia yang
menghabiskan waktu entah untuk kesibukan -yang dia sendiri- tidak tahu yang
disibukannya. Tapi satu yang aku yakini, bahwa mereka ada dan menularkan ilmu,
berbaur dengan padatnya bumi, luasnya cakrawala, indahnya langit dan birunya
laut.
Aku sendiri tidak tahu,
dalam barisan yang mana manusia sepertiku. Yang difahami, aku banyak belajar
dari mereka. Seperti kadang aku sendiri seringkali sangat menikmati -kala pagi
menyapa- untuk sekedar memperhatikan kesibukan mereka. Saat itu pula aku merasa
terbisiki oleh mbah Pram “Manusia harus Belajar menjadi Manusia” Bisikan Pramudya
ini seperti menegaskan kepadaku bahwa sifat dasar manusia itu memang meniru,
sedari pertama terlontar ke dunia, kita tidak pernah tahu, siapa diri ini? Untuk
misi apa dihidupkan ke dunia? Kenapa kita tiba-tiba ada? Lalu kemudian kita
mencoba meng-ada kan diri dengan eksistensi meniru manusia lain dengan macam caranya
ditentukan oleh kita sendiri.
Memang manusia adalah
manusia plagiat. Kecenderungan untuk meniru selalu ada bersemayam dalam
dirinya. Tiruan pertama adalah orang-orang yang hadir dalam keluarga, seperti
kita akan meniru ketegasan Bapak, kelembutan Ibu dan sesekali meniru juga
kemalasan kakak dan kekonyolan adek. Kemudian lebih jauh kita akan meniru
tokoh, idola ataupun seseorang yang barangkali kita merasa dia pantas menjadi
tiruan.
Kita juga meniru semua
gerak dan perilaku manusia hari ini, kita akan dengan senang hati beli
handphone yang sedang ngehits, beli baju yang modelnya lagi trendi, dan masih banyak
sekali tiruan-tiruan kita pada zaman, disanlah berserakan ilmu Allah di
tempatkan. Dengan meniru kita belajar. Walupun tanpa disadari, penggalan ilmu-Nya
ada di setiap momen kejadian yang menghinggapi manusia.
Setelah riuh belajar dengan manusia, manusia juga kiranya perlu belajar kepada semesta. pada mereka terhampar ilmu Tuhan yang mengagumkan. bergulung-gulung ombak, birunya laut, tingginya tebing dan sembribitnya angin akan membelai kita pada ke Mahaan-Nya.
Karena sepenuhnya aku
menyadari menjadi manusia adalah tugas, seperti yang didendangkan multatuli
bahwa tugas manusia adalah menjadi manusia. Dan memang kita harus menjadi
manusia dengan belajar kepada manusia dan semesta.
Komentar
Posting Komentar