Langsung ke konten utama

Menyoal Seksinya Isu Rohingya di Indonesia




(Sumber Gambar: ABC.com)

Seperti bola panas, isu tentang tragedi kemanusiaan yang menimpa etnik Rohingya terus melebar kemana-mana. Beberapa hari terakhir timeline, beranda jejaring sosial kita terus dibanjiri berita-berita, gambar tentang pembantaian Rohingya.
Ada berita yang benar, namun tidak sedikit yang kemudian ternyata kurang benar atau dalam istilahnya ‘hoax produktion’. Isu ini seperti "angin surgawi" bagi lokomotif pentol korek untuk memantik gerbong massa. Banyak orang yang langsung bersungut-sungut marah seperti kesetanan, terutama golongan sumbu pendek yang seakan menemukan ladang jihad baru untuk berteriak-teriak takbiiirr.
Kita sudah sama-sama tahu bahwa tragedi di Rohingya didalangi oleh upaya balas dendam penyerbuan tentara Myanmar ke Chein Khar Li Rathedaung. Area perbatasan negara bagian Rakhine, dimana ini merupakan tempat tinggal bagi sekitar satu juta warga Rohingya.
Gambar tragedi inilah yang kemudian melayang-layang di setiap jengkal gadget kita. Namun sayang, di Indoensia bagi ‘hoakers’ kejadian ini seperti botol menemukan tutupnya, ‘klop’. Banyak mereka yang kemudian menyebarkan berita keliru, tidak sesuai fakta dilapangan. Kebanyakan adalah gambar-gambar palsu berupa kejadian dari seluruh jengkal belahan dunia yang lain.
Bahkan, sekelas alumni menteri komunikasi loh, juga ikut menyebarkan berita keliru. Meski kemudian menghapus dan meminta maaf ke publik, tapi kan tetap aja malu-maluin, iya toh?. Wakil perdana menteri Turki, Mehmet Simsek juga terdaftar dalam sosok yang penyebaran berita hoax, ia mengambil gambar perang diwilayah lain tapi kemudian mengkaitkannya dengan tragedi Rohingya. Nah loh, kan pejabat aja banyak yang salah, gimana rakyatnya?
Dari hasil pencampuran antara fakta dan hoax itu, akhirnya dari hari kemarin sudah ada sumbu pendek yang tersulut dan meledak dengan menggelar demo bela Rohingya di Jakarta. Bahkan beberapa agenda untuk mengepung candi Borobudur juga telah direncanakan bagi serangkaian agenda lokomotif pentol korek ini. Apaan coba ngepung borobudur?
Inilah yang kemudian memberikan tanda tanya mendasar, isu Rohingya kenapa begitu sangat seksi di Indonesia?
Kalau persoalanya tentang kemanusiaan, dibelahan jengkal bumi lain, Yaman, tengah terjadi juga pembataian kemanusiaan yang dialami warga Yaman ketika dibombardir Arab Saudi. Bahkan menurut Unicef, setiap sepuluh menit sekali loh, satu orang anak meninggal di Yaman dampak dari serangan Arab Saudi itu. Puluhan ribu orang tewas akhi, bahkan ratusan ribu lainnya mengungsi. Ah, antum-antum kenapa nggak bela ini jugaaa yaaa..
Jika parameter yang dipakai akhi “tragedi kemanusiaan” keduanya sudah pada level kebrutalan yang harus dihentikan. Pun jika parameter yang dipakai sesama muslim. Keduanya, baik di Yaman dan di Rohingya juga muslim. Terus apa lagi yang dilihat akhi untuk bela Yaman? gemeess saya-
Ah saya tahu, akhi mungkin berfikir, kalau bombardir Saudi ke Yaman, itu wajar, karena mereka sedang berperang. Sedangkan, penyerbuan tentara Myanmar ke Rohingya, itu kurang ajar karena pembantaian. oh, begitu kah menurut akhii..?
Oke, mari kita lihat, kenapa tragedi di Yaman kalah seksi dengan tragedi di Rohingya?
 Saya sendiri menyaranakan Akhi untuk membaca tulisannya kang Denny Siregar, supaya akhi nggak teriak-teriak di jalan, prihatin saya lihatnya, akhi pasti capek. Pasti akhi juga kehausan kan.. sabar yaa.
Saya sendiri sepakat khi, dengan analisa yang disampaikan oleh Denny Siregar, ia menuliskan seperti ini di Geotimes khi, bahwa permasalahan utama yang sebenarnya terjadi di Rohingya bukanlah masalah agama, tetapi masalah kepentingan. Akhi harus tau ini.
Untuk melihat perbedaan itu, kita harus berkaca dulu pada Suriah.
Pemberitaan tentang tragedi Suriah mirip dengan Rohingya, begitu massif dengan puluhan ribu gambar hoax beredar melalui media sosial yang tujuannya untuk mendiskreditkan pemerintah.
Ada pembentukan opini, terjadi kekejaman yang dilakukan Bashar Assad, Presiden Suriah, kepada “rakyatnya”. Dan pembentukan opini ini didukung juga oleh media-media internasional seperti CNN, BBC, Al-Jazeera, dan sekutu yang lainnya.
Melalui pembentukan opini yang semakin menguat ini, mulailah legitimasi penyerangan kepada Suriah dibuat. Ribuan jihadis dari berbagai negara masuk ke Suriah dengan tema yang sama: “Menyingkirkan pemerintahan Suriah yang terindikasi kejam dan Syiah, untuk menyelamatkan muslim Sunni yang dibantai”. 
Kenapa harus ada unsur “Syiah”-nya ? Ya, supaya dramanya semakin kuat loh khi, maka harus ada faktor agamanya.
Pada akhirnya terbuka sudah bahwa peristiwa di Suriah tidak lain adalah kerjaan AS dan sekutunya, termasuk Saudi, yang ingin menguasai pemerintahan Suriah demi menguasai jalur pipa gas di sana.
Jadi, pada akhirnya kita bisa mengambil benang merah kenapa peristiwa Rohingya lebih massif beritanya daripada Yaman. Karena di Rohingya ada “sesuatu” yang menarik di belakangnya, dibandingkan Yaman yang murni adalah pertempuran tanpa ada embel-embel sumber daya alamnya.
Dengan menggunakan frame yang sama dengan Suriah, yaitu faktor agama–karena menunggangi faktor ini lebih mudah dan murah meriah–maka cukuplah dibangun kebencian dulu baru agenda selanjutnya beraksi. Mulai Faham toh ente khi..
Sedangkan di Yaman, tidak akan pernah menjadi berita hangat, karena di sana ada kepentingan Saudi yang tidak lain adalah sekutu mereka. Logikanya gini, Media internasional–yang dikuasai oleh beberapa gelintir penguasa–tidak akan pernah menyerang sekutu mereka sendiri. 
Bahkan Erdogan, tidak akan mungkin mengutuk kekejian Saudi seperti yang ia lakukan kepada Myanmar, karena biar bagaimanapun Saudi adalah koalisi Turki di Suriah.
Inilah permainan persepsi dalam pembentukan opini dengan menggunakan teknik-teknik canggih yang tidak disadari banyak orang. Para pemain di belakang layar Hoax Production ini paham benar bagaimana cara membentuk opini.
Aung San Suu Kyi akhirnya bereaksi sama seperti Bashar Assad ketika wajahnya dibentuk sebagai “penjahat kemanusiaan” oleh dunia Internasional.
Dengan keras ia mengatakan, “Sentimen anti-Myanmar di berbagai negara adalah buah dari kampanye hoax untuk mempromosikan teroris. Sentimen ini dibidani oleh gunung es raksasa berupa informasi palsu..” teriak Aung San Suu Kyi dikutip dari laporan Deutsche Welle.
Dari uraian gamblang itu, jelas terbaca toh khi, serangkaian aksi lanjutan yang akan dilakukan oleh “tangan internasional” untuk mengokohkan kepentingan si Rohingya. Jadi, akhi dan teman-teman lakukan dengan berteriak-teriak takbir di jalanan dan membakar bendera Myanmar itu hanya akan memuluskan jalan bagi “tangan Internasional” untuk mencaplok sumber gas yang ada di Rohingya. 
Mengerikan bukan. Ketika mereka sudah punya mau demi kekayaan dan sumber alas, maka mereka akan melakukan apapun, termasuk mengadu domba untuk mencaplok kekayaan negara. Itu terjadi dimana-mana bagi negara kaya alam. Posisi Indonesia, tinggal tunggu tanggal mainnya aja khi.
Makanya, saran saya, akhii-akhi jangan mudah meledak dan teriak-teriak takbiir. Energinya buat nanti aja, kalau Indonesia butuh takbiran-
Yuk, mari sruput kopii duluu...!


 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Pathok Negoro Dongkelan: Pusat Syiar Islam dan Perjuangan Laskar Dipanegara Melawan Belanda

Sebagai pusat syiar islam di tapal batas kerajaan, Masjid Pathok Negara Dongkelan saat ini masih berdiri gagah. Aktif digunakan sebagai pusat kemasyarakatan, sosial dan ibadah.  Pusat Perjuangan Laskar Dipanegara Melawan Belanda  M atahari baru lengser dari angka dua belas, siang itu, ketika masyarakat Dongkelan, Kauman, Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul keluar dari serambi masjid usai menjalankan ibadah.  Masjid yang berada di Dongkelan ini merupakan satu diantara Pathok Negara dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam catatan sejarah, masjid berusia 243 ini pernah menjadi basis perjuangan rakyat melawan Belanda dalam perang Dipanegara tahun 1825 Masehi. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono V.  Diceritakan oleh Abdi Dalem Kemasjidan, R. Muhammad Burhanudin, Masjid Pathok Negara Dongkelan didirikan pada tahun 1775 M oleh Keraton Ngayogyakarta, bersamaan ketika pembangunan serambi masjid gedhe Kauman....

Masjid Agung Giriloyo, Rencana Peristirahatan Terakhir Sultan Agung

Berdiri tenang dibawah Bukit Kabul, Giriloyo, Masjid Agung ini dikelilingi banyak pepohonan rindang yang membuat udara sejuk, tenang dan memberikan nuansa kekhusu'an tersendiri ketika beribadah di Masjid kuno ini.  Rencana Peristirahatan Terakhir Sultan Agung  Masjid Agung Giriloyo merupakan satu diantara masjid tua yang berdiri kokoh di kaki sebuah bukit di komplek pemakaman giriloyo, Dusun Cengkehan, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul.  Berdirinya masjid dan komplek makam giriloyo ini sangat erat kaitannya dengan Masjid Pajimatan dan komplek pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri. Usia dari kedua masjid dan pemakaman diperkirakan tak jauh berbeda. Dibangun pada abad 16 Masehi lebih dari 368 tahun silam.  Diceritakan Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Muhammad Ilham. Komplek pemakaman Giriloyo d ibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung, tepatnya pada kisaran tahun 1632 Masehi. Untuk diketahui, Sultan Agung memerintah ke...

Membawa Luka

foto:putianggraini.wordpress.com             Keraguan saat memasuki kota gudeg itu tiba-tiba muncul, saat langkah kakiku pertama kali   menapaki peron stasiun Tugu, ada kegamangan dalam batinku yang melonjak-lonjak hingga menghadirkan keraguan. Kutimang-timang kadar kekalutan tanpa mempedulikan orang yang berlalu lalang dikiri dan kananku. Aku putuskan diam sejenak. Beberapa detik berlalu, akhirnya kulangkahkan kaki lagi. Kumantapkan tekad dalam tiap jengkal kaki yang berpacu dengan waktu. Yogyakarta sudah banyak berbenah, kenanganku mengulur ke masa lalu, dimana pertama kali aku menginjakan kaki dikota budaya ini, masih teringat saat lelaki itu menyambutku dibalik pintu keluar  stasiun Tugu dengan senyum keteduhan. Ia memeluk erat tubuh kucelku yang seharian belum mandi dan banyak terbalut debu kereta. Lelaki itu begitu sabar menunggu kedatanganku dari ibu kota. Sikapnya yang sabar, dan tatapan matanya yang teduh, itulah alasan yang m...